Friday, August 26, 2016

Rendahnya Minat Membaca

Minat membaca selama ini menjadi salah satu masalah besar bagi bangsa Indonesia. Betapa tidak, saat ini minat baca masyarakat Indonesia termasuk yang terendah di Asia. Indonesia hanya unggul di atas Kamboja dan Laos. Padahal semakin rendah kebiasaan membaca, penyakit kebodohan dan kemiskinan akan berpotensi mengancam kemajuan dan eksistensi bangsa ini. Parahnya lagi, rendahnya minat baca bukan hanya terjadi pada masyarakat umum, para pelajar di pendidikan formal seperti SD, SMP, dan SMA, bahkan mahasiswa di perguruan tinggi pun minat bacanya sangat rendah. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan kondisi masyarakat di Jepang.



Saat ini tentu kita sudah melihat bagaimana kemajuan perkembangan iptek di Jepang. Semua itu disebabkan karena pemerintah Jepang sangat memprioritaskan kebutuhan bahan bacaan masyarakatnya, terutama anak-anak sekolah dan mahasiswa, sehingga tak mengherankan jika perpustakaan, terutama di kampus-kampus Jepang, selalu ramai dikunjungi mahasiswa.

Berbeda dari kondisi perpustakaan kampus di Indonesia, perpustakaan kampus tak lebih hanya sebagai tempat penyimpanan dan pajangan berbagai koleksi buku dan bahan referensi lainnya. Lebih ironis lagi, perpustakaan kampus sering dijadikan sebagai tempat untuk pacaran, bukan tempat membaca dan berdiskusi. Sebagai seorang mahasiswa dan calon ilmuwan, perpustakaan seharusnya menjadi tempat yang paling dicari, terutama dalam mencari referensi untuk membuat atau menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan.

Rendahnya minat baca merupakan faktor yang menjadi penyebab sepinya perpustakaan, selain minat baca mahasiswa yang menurun, juga karena perpustakaan tidak bisa mengikuti perkembangan zaman dengan tidak memenuhi kebutuhan mahasiswa. Untuk memenuhi kebutuhan tugas-tugas kuliah, mahasiswa seringkali lebih memilih cara instan, yaitu mencari di internet.

Menurut Arixs, pada tahun 2006 lalu, ada enam faktor penyebab mengapa minat membaca masyarakat Indonesia rendah. Pertama, sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat mahasiswa harus membaca buku. Kedua, banyaknya tempat hiburan, permainan, dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian mereka dari menbaca buku. Ketiga, budaya membaca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita. Keempat, sarana untuk memperoleh bacaan seperti perpustakaan atau taman bacaan masih merupakan barang langka. Kelima, tidak meratanya penyebaran bahan bacaan di berbagai lapisan masyarakat. Dan Keenam, dorongan membaca tidak ditumbuhkan sejak jenjang prapendidikan dasar.

Perpustakaan sesungguhnya memainkan peranan penting bagi terciptanya budaya membaca bagi masyarakat Indonesia. Perpustakaan merupakan jembatan menuju penguasaan ilmu pengetahuan, dapat memberikan kontribusi penting bagi terbukanya akses informasi, serta menyediakan data yang akurat bagi proses pengambilan sumber-sumber referensi bagi pengembangkan ilmu pengetahuan. Dan semua itu hanya bisa di dapatkan dengan cara membaca.

Oleh sebab itulah, maka hendaknya didesain sedemikian rupa supaya generasi penerus kita mempunyai minat membaca sejak dini. Jika perpustakaan dapat memberikan layanan yang baik dan menyediakan berbagai kebutuhan literatur yang dibutuhkan, maka mahasiswa akan banyak mendatangi perpustakaan. Lingkungan yang demikian memang tidak bisa diciptakan sendirian oleh perpustakaan, melainkan harus bekerja sama dengan seluruh warga kampus.